Pages

Sunday 18 August 2019

Laporan Pendahuluan Hipertensi Pada keluarga


Laporan HIPERTENSI
1.      Konsep Penyakit / Masalah Kesehatan Keluarga
a.       Definisi
Hipertensi adalah salah satu penyakit jantung yang dapat menyebabkan kematian secara tidak di sadari karena dari hipertesni dapat menyebabkan infark miokard, stroke, dan gagal jantung. Hipertesni sendiri di tandai dengan pengukuran tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih, dan diastolic 90 mmHg, factor yang untuk hipertesni sendiri juga dapat di akibatkan oleh pola hidup yang kurang baik  seperti merokok, obesitas, tidak pernah berolah raga, stress, dan minuman  alcohol , konsumsi garam berlebih,.(Potter & Perry, 2010 ; Ade Yonata, 2016).
Menurut kementrian kesehatan (2018) mengatakan bahwa hipertesi bisa  juga di sebut sebagai pembunuh sayap kanan karena banyak penderita yang tidak sadar akan gejala yang muncul pada hipertesni dan biasanya penderita akan sadar apabila sudah terjadi komplikasi. Begitu juga menurut Ade Yonata (2016)  dalam jurnanya yang berjudul  “Hipertensi sebgai factor pencetus terjadinya stroke” bahwa hipertensi adalah dimana suatu keadaan yang mana dapat terjadi karena adanya peningkata pada tekanan darah sistolik dan diastolic, dan dapat mempengaruhi fisiologi peningkatan tekanan darah diantaranya kardiak output dan resistensi perifer, system renin-angiotensin, dan system saraf otonom.
b.      Epidemologi
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2013 didapatkan hasil tentang hipertesni dengan angka prevalansi berjumlah 25,8 %. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 didapatkan data jumlah penderita penyakit hipertensi di Indonesia ialah sebanyak 30,9%. Berdasarkan Riset Kesehatan Daerah (RiKESDA) Jawa Barat tahun 2013 angka kejadian hipertensi di Jawa Barat sebesar 29,4%. Dan hasil riset pada RISKESDAS (2018) ditemukan pada umur  ≥18 tahun sebanyak 34,1% yang menderita hipertensi dini Di Kota Tasikmalaya sendiri menunjukan angka sebesat 29,1% pada Umur >18 tahun (RIKESDAS, 2014; RIKESDAS Jawa Barat, 2013; Profil Kesehatan, 2016).
c.       Tanda dan gejajala
Menurut Tania (2018) dalam artikelnya, mengatakan bahwa  penderita Hipertensi biasanya tidak menunjukan gejala atau ciri seperti penyakit lainya. Namun secara umum, gejala hipertesnsi adalah : Sakiit Kepala,  disertai pusing, penglihatan buram, adanya mual, telinga berdenging, ansietas, Detak janutng tak teratur, kelelahan, nyeri dada, susah bernafas, darah dala, urin, sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga. Menurut penelitian yang dilakukan Bagus (2011) mengatakan bahwa sebanyak (29,9%) mengalami sesak nafas yang di alami sejak keluhan utama yang di rasakan

d.      Faktor dan penyebab
Menurut Kementrian Kesehatan (2014) Hipertensi dai bagi menjadi 2 bagian yaitu: Hipertensi primer dan hipertensi Sekunder.
·         Hipertensi Primer
Hipertensi ini beum di ketahui penyebabnya (idiopati), meskipun dikaitakn kedalam pola gaya hdup dan pola makan, hanya terjadi pada sekitar 90% penderita Hipertensi. Akan tetapi faktor yang di duga menjadi penyebab hipertesni primer adalah:
-          Genetic individu yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi sangata berisiko tinggi untuk terjadinya hipertensi.
-          Jenis kelamin dan usia, laki – laki 35050 tahun dan wanita pasca menopause, berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi
-          Diet, konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
-          Berat badan, obesitas (>25% di atas BB ideal) dikaitkan dengan berkembangya hipertensi.
-          Gaya hidup, merokok dan konsumsi alcohol dapat meningkatkan tekanan darah bila hidup menetap.
(Novita, 2015, Fitri, 2018)
·         Hipertesni sekunder
Menurut RIKESDAS (2014) pada sekitar 5-10% penderita Hipertesi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar1-2% penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaiananobat tertentu (misalnya Pil KB), sedangkan Facktor pencetus timbulnya sekunder ialah bisa juga karena penggunaan coarcetation aorta, neurogenic, kehamilan, peningkatan volume intravaskuler, luka bakar dan stress (Novita, 2015 ;Apiani, 2014; Fitri, 2018)
Menurut Penelitian Sartik (2017) mengatakan bahwa angka kejadian hipertensi pada masyarakat bisa juga dikarenakan berbagai faktor dintaranya sebanyak 82 (31,5%) di sebabkan karena factor umur, sebanyaka 95% bisa diseababkan karena factor riwayat keluarga hipertensi dan , 37,9% di sebabkan karena merokok, sebanyak 54,2 % di sebabkan karena tidak berolahraga.  Begitu juga menurut Agnesia, (2012) mengatakan bahwa Usia lebih dari> 60 tahun sangat beresiko terjadinya hipertensi, karena semakin lanjut usia semakin rentan terjadinya hipertensi, dengan orang yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi sangat rentan terkena hipertensi di bandingkan dengan orang tanpa riwayat keluarga, serta kebiasaan hidup tidak sehat dapat berdampak pada hipertensi seperti orang yang terlalu banyak makan kadar garam, lemak , perokok, obesitas dan orang yang kurang berolahraga. Akan tetapi dalam penelitian ini jenis kelamin bukan lah factor yang menyebabkan terjadinya hipertensi.
Menurut Tjin (2018) dalam artikelnya mengatakan bahwa penyebab dan faktor dari hipertensi dapat juga di sebakan oleh karena kehamilan, kecanduan alcohol, penyalah gunaan NAPZA, gangguan ginjal dan ganggguan pernapasan saat tidur. Sedangkan menurut Bagus (2018), hipertensi dapat di sebabkan oleh faktot kerja ditemukan sebanyak 125 orang (37,1%) di alami oleh Ibu Rumah tangga  karena hal ini berhungan dengan tingkat stress yang di alami.
2.      Data Focus
a.       Tipe keluarga
Keluarga menurut Depkes RI adalah unit terkeceil dari masyarakt terdiri kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempa di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantuan. Fridman (2010) mendefinisikan keluarga sebgai dari unit masyarakt dan merupakan lembaga yang mempegaruhi dalam kehidupan masyarat.
Tipe keluarga  menurut  Fridman( 2010) mengatakan bahwa kerluarga dibagi menjadi beberapa bagian
-          Keluarga initi (nucear family) adalah keluarga yang diri atas ayah dan anak – anak yang legal dalam suatu perkawianan yang sah.
-          Keluarga besar (extenden family) adalah keluarga  inti di tambah sanak saudara. Misalnya kakek , nenek keponakan saudara, sepupu paman, bibi dan sebagainya.
-          Keluarga berantai (Reconstitud Nuclear). Adalah keluarga ini yang melauli penikahan kembali, istri/suami yang tinggal dalam satu rumah dengan anak – anaknya baik itu bawaan dari perkawinan sebelumnya maupun dari perkawinan baru.
-          Keluarga duda – janda (single family). Adalah keluarga yang terjadi karena penceraian atau kematian dan anak – anak yang tinggal serumah ataupun di luar rumah.
-          Keluarga (composite) adalah keluarga yang perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama.
-           cahitation adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk keluarga.
-          Dual carier
Sedangkan hipertensi bisa  menyerang siapa saja, karena penyakit ini tidak lepas dari bagaimana cara hidup seseorang, menurut firdman tidak sedikit diantra keluarga yang mengalami kekacauan/ tertekan mengalami masalah dalam kesehatan seperti gangguan mental, TBC, hipertensi dan Stroke.
Sedangkan bagi type keluarga yang nuceal family atau kelaurga inti sangat rentan terjadinya hipertensi karena apabila dalam  keluarga ada yang mempunyai riwayat hipertensi  maka ada kemungkinan dapat di turunkan kepada keluaganya seperti dalam jurnla Widyartha (2016) yang berjudul “Riwayat Keluarga, Stres, Aktivitas, Fisik Ringan Obesitas dan konsumsi makanan Asin Berlebihan Sebagai factor Resiko Hipertensi” mengatakan bahwa factor genetik dapat di yakini terjadinya kejaian hipertensi karena apabila kedua orang tua baik dari ayah maupun ibu mempunyai atau menderita hipertensi  maka faktor peluang terjadinya hipertensi untuk di turunkan sebesar 50 %, bila salah satunya orang tuanya menderita hipertensi maka kemungkinan 30%. Jadi dalam jurnal ini mengatakn bahwa  kuarga inti sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi. Hal ini di dukung dengan adanya penelitian yang di lakukan oleh Annisa (2017) mengatakan bahwa sebanyak 42,4 % remaja SMA Sejahtera 1 Depok  mengalami hipertensi yang di debabkan oleh karena riwayat keluarga dan memerlukan edukasi bagi remaja dalam pecegahan hipertensi.
Menurut Dr. Simonetti dalam artikel yang di terbitkan oleh Kompas.com orang tua yang merokok dapat menyebakan terjadinya penyakit hipertensi pada anak karena apabila dalam keluarga memiliki 1 orang tua yang merokok memiliki kecenderungan 21% terkena darah tinggi meski telah di hitung dengan berat badan lahir, karena anak adalah seorang yang pasif dan akan berakibat pada penyakit jantung di dewasa nanti. Maka bagi keluarga yang sering merokok baik bagi Padangan ini di juga berhubungan dengan penelitia yang dilakukan oleh Miftahul (2017) bagi orang tidak merokok kemungkinan besar terkena prehipertensi yang di sebabkan karena factor keluarga yang merokok dan anak yang telah menerima paparan asap dari kecil, kebanyakan yang terkena dalah anak perempuan karena anak perempuan adalah yang sering terpapar asap rokok, hasil dari penelitian yaitu paparan yang di terima seorang anak sudah 5-10 tahun dan sebaian besar berumur 16 tahun dengan menderita prehipertensi sebanyak (25%). Dalam hal ini  peran keluarga sangat penting dalam memberika
b.      Tahapan di Keluarga.
Tahapan keluarga menurut Frifman (2010)
Tahap I
Keluarga pemula atau keluarga pasangan baru menikah
Tahap II
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan
Tahap III
Tahapan ini dimulai ketika anak petama berusia 2 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga mungkin terdiri dari tiga hingga lim orang, dengan pasti suami – ayah, istri – ibu, anak laki-laki saudara, anak perempuan – saudara.
Tahap IV
Tahap ini di muali ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun.
Tahapan V
Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 samapai 7 tahun.
Tahapan VI
Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda yang di tandai dengan anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong.
Tahapan VII
Pada tahap ini orang tua pertengahan mulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan terakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45- 55 tahun sampai kurang lebih 16 -17 tahun kemudian.
Tahapan VIII
Pada tahap ini orang tua mulai memasuki masa  Usia lanjut
Dari tahapan di atas  bahwa angka kejadian angke hi[ertensi lebihrendta pada tahap VIII karena pada tahapan ini diman hipertensi banyakan di rasakan oleh setiap orang, di karenakan factor umur dan pola hidup yang dapat memicu jerjadiny adanya hipertensi



c.       Fungsi Keperawatan
·         Kemapuan keluarga Mengenal masalah
 perawatan hipertensi keluarga harung mampu menagani atau mengetahui dalam perawatan pasien dengan hipertensi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh  Bayu (2013) dengan judul Hubungan Tingkat pengetahuan Keluarga dengan Sikap  Pencegahan komplikasi pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas sangkrah srakarta“ bahwa tingka pengetahuan keluarga tentang pencegahan komplikasi hipertensi sebagian besar adalah cukup dengana angka 51 %, sikap keluarga  terhadap pencegahan komplikasi hipertensi sebagian besar adalah positif sebanyak 63%.
Dalam kemampuan keluarga dalam mengengenal masalah dan melakukan pencegahan dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan terhadap keluarga seperti hanya Zakiyatul (2017) dalam penelitianya yang berjudul „pengaruh pendidikan Kesehatan Dengan Media Poster TerhadapPengetahuan maanajemen Hipertensi pada Penderita Hipertensi“   disini di sebutkan bahwa memberikan pendidikan denganan cara media poster sangat efektif dalam  meningkatkan pengetahuan manajemen hipertensi pada penderita hipertensi.  Penelitinian ini berhubungan dengan penelitian yang di lakukan oleh Aris (2015) mengatkan bahwa pendidikan semakin pendidikan  itu meningkat diberikan kepada masyarakat sangat efektif untuk melakukan perawatan pada penderita hipertensi, ditemukan sebanyakan 22 orang (51%) pengetahuan tentang hipertensi baik dengan sikapa perawatan hipertensiyang positif, sedangkan dari pengetahuan pasien tentang hipertensi kurang dengan sikap keperawatan hipertensi yang negatifyaitu sebanyak 6 orang (14%).
·         Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Kemampuan keluarga untuk mengembil keputusan dalam perawatan hipertensi di tentukan dari Pendidikan atau pengetahuannya dalam masalah penyakit tentang hipertensi, keluarga bisa memulai dari mendukung dengan cara melakukan program diit kepada pasien atau keluarga yang mengalami hipertensi sperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2016), bahwa hubungan keluarga dalam kepatuhan penatalksaan diet pada lansia sangat positif dimana semakin baik dukungan keluarga maka semakin patuh die yang dilakukan oleh penderita hipertensi,
·         Funfsi keluarga
Fungsi keluarga menurut friedman (2010) adalah
a.       Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan salah satu hubungan positif  berhubungan dengan hasil kesehatan yang lebih baik, umur Panjang, dan penurunan tingkat stress, kehidupan keluaga uga dapat menimbulkan stress dna koping disfungsional dengan akibat yang dapat mengganggu kesehatasn fisik seperti masalah tidur, tekanan darah tinggi, dan penuruan respon imun).
b.      Fungsi sosialisasi
Peroses dimana perkembangan atau perubahan yang terjadi atau di alamai seseorang sebagai hasil dari interaksi dan pembelajaran peran social. Social, di mulai dari sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosial.
c.       Fungsi repoduksi
Fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunandan menambah sumber daya manusia.
d.      Fungsi ekonomi
Fugnsi keluaga untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
e.       Fungsi peran watan keluarga
Fungsi untu menyediakan makanan, pakaian, perlinfungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga individu.
3.      Diagnosa Keperawatan berdasarkan LSDKI
Pola nafas tidak efektif
a.       Definisi
Inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
b.      Penyebab dan tanda mayor
a)      Depresi Pusat pernapasan
b)      Hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernafas, kelemahan otot pernafasan)
c)      Deformitas dinding dada
d)      Deformitas tulang dada
e)      Gangguan neuromuskuler
f)       Gangguan neurologis (mis, elektroensepalogram (EEG) positif. Cedera kepala, gangguan kejang)
g)      Imaturitas neurologis
h)      Penururnan energi
i)       Obesitas
j)       Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k)      Sindrom hipoventilasi
l)       Kerusakan intervasi diafragma (kerusakan saraf C5 ke atas)
m)   Cedera pada medula spinalis
n)      Efek agen famakologis
o)      Efek agen farmakologis
p)      Kecemasan
Tanda mayor
Subyektif
a.       Dispnea
Obyektif
a.       Penggunaan otot bantu pernapasan
b.      Fase ekspirasi memanjang
c.       Pola napas abnormal ( mis. Takipnea bradypnea, hipeventilasi, kussmaul. Cheynestokes)

c.       Gejala dan tanda minor
Subyektif
a.       otopnea
Obyektif
a.       pernapasan pursed -lip
b.      pernafasan cuping hidung
c.       diameter thoraks anterior posterior meningkat
d.      ventilasi semenit menurun
e.       kapasitas vital menurun
f.        tekanan ekspirasi menurun
g.      tekanan inspirasi menurun
h.      ekskursi dada berubah

d.      Kondisi klinis terkait
a)      Depresi sistem sargaf pusat
b)      Cedera kepala
c)      Trauma thoraks
d)      Gullain Bare Syndrome
e)      Multiplr sclrosis
f)       Myasthenia gravis
g)      Stroke
h)      Kuadriplegi
i)       Intoksikasi alkohol
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut
a.       Definisi
Pengalamanan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan acrtual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi ringan hingga berat yang berlangsung kurang daru 3 bulan
b.      Penyebab
a.       Agrn pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia neoplasma)
b.      Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).
c.       Agen pencedera fisik (mis. Abses, amupati, ternakar, terpotong mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
c.       Gejala & Tanda Mayor
Subyektif
a.       Mengluh nyeri
Obyektif
a.       Tampak meringis
b.      Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
c.       Gelisah
d.      Frekuensi nadi meningkat
e.       Sulit tidur
d.      Gejala & Tanda Minor
Subyektif
(tidak tersedia)
Obyektif
a.       Tekanan darah meningkat
b.      Pola napas berubah
c.       Nafsu makan berubah
d.      Peroses berfikir terganggu
e.       Menarik diri
f.        Berfokus pada diri sendiri
g.      diaforesis


e.       Kondisi klinis terkait
a.       Kondisi pembedaan
b.      Cedera traumatis
c.       Infeksi
d.      Sindrom koroner akut
e.       Glaukoma
Intoleransi Aktivitas
a.       Definisi
 ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari -hari
b.      Penyebab
a.       Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b.      Tirah baring
c.       Kelemahan
d.      Imobolitasi
e.       Gaya hidup monoton
c.       Gejala & tanda Mayor
Subyektif
a.       Mengeluh lelah
Obyektif
a.       Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.








d.      Gejala & Tanda Minor
Subyektif
a.       Dispnea saat / setelah aktivitas
b.      Merasa tidak nyaman setekah beraktivitas
c.       Merasa lemah
Obyektif
a.       Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b.      Gambaran EKG menunjukan aritmia saat / setelah aktivitas
c.       Gambaran EKG menunjukan iskemia
d.      sianosis
e.       Kondisi Klinis Terkait
a.        Anemia
b.      Gagal jantung kongestif
c.       Penyakit jantung koroner
d.      Penyakit katup jantung
e.       Aritmia
f.        Penyakit patu obstruktif kronis (PPOK)
g.      Gangguan metabolik
h.      Gangguan muskuloskeletal
Kesiapan Peningkatan Keseimbangan Cairan
a.       Definisi
Pola ekuilibrium antara volume cairan dan komposisi kimia cairan tuuh yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik dan dapat ditingkat


b.      Gejala & tanda Mayor
Subyektif
a.       Mengekspresikan keinginan untuk meningkarkan keseimbangan
Obyektif
a.       Membran mukosa lembab
b.      Asupan makanan dan xairan adekuat untuk kebutuhanharian
c.       Tugor jaringan baik
d.      Tidak ada tanda edema atau dehidrasi
c.       Gejala & Tanda Minor
Subyektif
Tidak tersedia
Obyektif
a.       Urin Berwarna bening dengan berat jenis dalam rentang normal
b.      Kelauran urin sesuai dengan asupan
c.       Berat badan stabil
d.      Kondisi Klinis Terkait
a.       Gagal jantung
b.      Sindrom iritasi usus
c.       Penyalit Addison
d.      Makanan enteral atau parenteral




Koping Ketidak mampuan koping keleluarga
Definisi
Perilaku orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradapatasi dengan masalah kesehatan dihadapi klien.
Penyebab
a.       Hubungan Keluarga ambivalen
b.      Pola koping yang berbeda diantara klien dan oran terdekat
c.       Resistensi keluarga terhadap perawtan/pengobatan yang kompleks
d.      Ketidamampuan orang terdekat menggunkapkan
Gejala & Tanda mayor
Subyektif
a.       Merasa diabaikan
Obyektif
a.       Perilaku menyerang (agresi)
b.      Perilaku menghasut (agitasi)
c.       Tidak berkomitmen
d.      Menunjukan gejala psikosomatis
e.       Perilaku menolak
f.        Perawatan mengabaikan kebutuhan dasar klien
g.      Mengabaikan perawatan/pengobatan anggota keluarga
h.      Perilaku bermusuhan
i.        Perilaku individulistik
j.        Upaya membangun hidup bermaksna terganggu
k.      Perilaku sehat teranggu
l.        Ketergantungan anggota keluarga meningkat
m.    Realitas kesehatan anggota keluarga terganggu.


Kondisi Klinis Terkait
a.       Penyakit lazaimer
b.      AIDS
c.       Kelainan yang menyebabkan paralisis permanen
d.      Kanker
e.       Penyakit kronis
f.        Penyalah gunaan zat
g.      Krisis keluarga
h.      Konflik keluarga yang belum terselesaikan.
Defisit Pengetahuan tentang (spesifikasikkan)
a.       Definisit
Ketiadaan atau kekurangan informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu.
b.      Penyebab
a.       Keteratasan kognitif
b.      Gangguan fungsi kognitif
c.       Keketiruan mengikuti anjuran
d.      Kurang terpapar informasi
e.       Kuranf minat dalam belajar
f.        Kerang mampu mengingat
g.      Ketidak tahuan menemukan sumber informasi
c.       Gejala & tanda Mayor
Subyektif
a.       Menanyakan Masalah yang di hadapi
Obyektif
a.       Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran
b.      Menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah

d.      Gejala & tanda Minor
Subyektif
(tidak tersedia)
Obyektif
a.       Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b.      Menunjukan perilaku berlebihan (miss, apatis, bermusushan, agitasi, hysteria)

e.       Kondisi Klinis terkait
a.       Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien
b.      Penyakit akut
c.       Penyakit kronis

4.      Intervensi  Keperawatan
a.       Focus
Diagnosa Keperawatan : Curah jantung, penurunan, Resiko Tinggi
Factor resiko meliputi :
 peningkatan afterload vasokontriksi, iskmeia miokardia, HIpertrofi /rifitas (kekakuan ventricular)
Tindakan interventi
-          Pantau Tekanan Darah, Ukur kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Guna ukuran manset yang tepat dan Teknik yang akurat.
-          Catat keberadaab, kualitas denyutan sentral danperifer
-          Auskultasu tonus jantung dan bunyi napat.
-          Anamti warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
-          Catat edema umum/ tertentu
-          Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/kerubutan lingkungan.
-          Pertahankan pembatasan aktivitas.
-          Lakukan tindakan – tindakan yang nyaman
-          Anjurkan tehnik relaksasi
-          Kolaborasi
Diagnosa Keperawatan : Intoleransi aktivitas
Kemungkinan berhubungan dengan :
kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Kemungkinan dibuktikan oleh :
laporan verbal tentang keletihan atau kelemahan, frequensi jantung arau respon TD terhadap aktivitas abnormal rasa tidak nyaman saat bergrtak atau dispnea, perubhan – perubahan EKG mencerminkan iskemia distrimia.
Tindakan Intervensi
-          Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frequensi nadi lebih dari 20 kali permenit di atas frequensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selam/sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 mmg)
-          Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi misalnya menggunkan kursi saat mandi, dduduk saat menyisir rambut atau menykat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan
-          Berikan dorongan untuk melakukan ativitas/perawatan diri terhadap jika dapat di toleransi,


Diagnosa keperawatan : nyeri (akut) , sakit kepala
Mungkin berhubngan dengan : peningkatan tekanan vaskular sereblar
Mungkin dibutikan oleh :
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada region suboksipital, terjadi pada saat bangun, dan hilang secara spontan setelah beberapa eakti berdiri. Segan untuk menggerakan kepala, menghinfari sinar terang dan keributan , menggerutkan kening, menggenggam tangan.
Intervensi/Tindakan
-          Memepertahnakn tirah barung selam fase akut
-          Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sait kepala
-          Hilangkan/ minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala.
-          Bantu pasien dalm ambulasi sesuai kebutuhan
-          Berikan cariran, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi perdarahanan hidung atau kompres hidung untuk menghentikan pendarahan.
-          Kolaborasi
Diagnosa keperawatan: Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh
Mungkin berhubungana dengan :
masukan berlebihan sehubung dengan kebutuhan metabolik pola hidup monoton. Keyakinan budaya
Tindakan/intevensi
-          Kaji pemahaman tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan
-          Bicarakan pentingknya meneurunkan masukan kalau dan beatasi masukan garam. Fan gula sesuai indikasi
-          Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan
-          Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet
-          Tetapkan rencana penururnan beratbadan yang realistic dengan pasien
-          Dorong psien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan di dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan
-          Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat. Hindari makanan dengan kejenuhan lemah tinggi (mentega, keju, telur, es krim , daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kaleng, jeroan.

Diagnosa keperawatan : Koping, Individu, Inefektif
Mungkin berhubungan dengan :
krisis siruasional maturasional,  Perubahan hidup beragam, Relaksasi tidak adekuat, Sistem pendukung tidak adekuat, Sedikit pendukung tidak adekuat, Sedikit atua tak pernah olah  raga, Nutrisi buruk, Harapan yang tak terpenuhi, Kerja berlebihan, Persepsi tidak realistic, Metode koping tifak adekuat.
Tindakan/Intervensi
-          Kaji keektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku
-          Catat laopran gangguan tidur, peningkatan keltetihan kerusakn konsentrasi, peka rangsang, penrunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan mengatasi/ menyelesaikan masalah.
-          Bantu untuk mengidentifikasi stresor spesifik dan kemungkinan strategi mengatasinya
-          Lihat dalam perencanaan perawatan dan berikan dorognan partisipasi maksimum dalam rencan pengobatan.
-          Dorong paaien untuk menevaluasi perioritas/tujuan hidup. Tanyakan pertanyaan seperti “apa yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan?”
-          Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan mulai merencanakan perubahan hidup yang perlu. Banty menyesuaikan perubahana ketimbang membatalkan tujuan diri/keluarga.
Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan
Mungkin berhunguna dengan:
Kurang pengethaun / daya ingat, misinterprestasi informasi, keterbatasan kognitif, menyangkal doiagnosa.
Kemungkinan dibutikan oleh:
Menyatakan masalah, meminta informasi, menyatakan miskonsepsi, mengikuti intruksi tidak akurat; inadekuat kinerja prodedur, perilaku tidak tepat atau eksgregasi, mis apatis.
Tindakan/Intervensi
-          Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat
-          Tetapkan dan nyatakna batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensidan efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak.
-          Hindari mengatak TD ‘normal` dan gunakan istilah ``terkontrol dengan baik` saat menggambarkan TD dalam batas keinginan.
-          Bantu pasien dalam mengidentifikasi faktor- faktor risiko kardiovaskuler yang dapat di ubah.
-          Atasi maslah dengan apsien untu mengidentifikasi cara dimana perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibut untuk mengurangu faktor-faktor di atas.
-          Bahas pentingnya menhentikan merokok dan bantu pasien dlam membuat rencan untu berhenti merokok
-          Berikan penguatan pentingnya kerja sama dalam regimen pengobatan dan mempertahankan perjanjian tidak lanjut.
-          Intruksikan dan peragakan teknik pemantauan TD mandiri.
-          Bantu dalam pengembangan jadwal yang sederhana dalam meminum obat.
-          Jelaskan tentang obat resep bersamaan dengan rasional, dosis, efek samping yang diperintahkan serta efek yang merugikan.
-          Sarankan untuk mengubah cara berolah raga.
-          Rekomendasikan untuk menghindari mandi air panas, ruang penguapan, dan penggunaan alkohol berlebihan.
-          Anjurkan untuk berkonsultasi dengan pemebrian perawtan sebelum menggunakan oabt-obatan yang diresepkan atau tidak diresepkan.
-          Intruksikan pasien tentang peningkatan masukan makan/cairan tinggi kalium, mis, jeruk, pisang tomat, kentang, aprikot, kurma, buah ara, kismis, gatorade, sari buah jesuk, dan minum yang mengandung tinggi kalsium mis, susu rendah lemak, yogurt atau tambah kalsium sesuai indikasi.
-          Riviu tanda dan gejala yang memerlukan pelaporan pada pemberi asuhan keperawatan.
-          Jelaskan rasional regimen diit yang diharuskan ( biasanya diit rendah natrium, lemak jenuh, dan kolesterol)
-          Bantu pasien untuk mengidentifikasi sumber masukan natrium (mis, garam meja, makanan bergama, daging dan keju olahan saus kaleng dan sayuran, soda kee, baking powder, MSG) tekankan pentingknya membaca label kandungan makanan dan obat yang dijual bebas.
-          Dorong pasien untuk menurunkan atau menghilangkan kafein, mis, kopi, teh cola , coklat
-          Tekanakana pentingya perencanaan/ penuyelesaian periode istirahat.
-          Anjurkan pasien unutuk memantau respon fisiologis sendiri terhadap aktivitas (mi: frequensi nadi, sesak nafas), hentikan aktivitas yang menyebabkan terjdinya nyeri dada, sesak nafas, pusing, letih keletihan berat atau kelemahan,
-          Dorongan pasien untuk membuata program olahraga sendiri seperti olahraga aeorbik (berjalan, berenang) yang mampu di lakukan. Tekankan pentingnya menghindari aktivitas isometric.
-          Peragakan penerapan kompres es pda punggung leher dan tekankan pada sepertiga ujung hidung, dan anjurkan pasien menunduk kepala ke depan bila terjadi pendarahan di hidung.
-          Berikan informasi tentang sumber-sumber di masyarakat dan dukungan pasien dalam membaut perubahan pola hidup. Lakukan untuk rujaukan bila ada indikasi.
b.      Komplementer
 Hipertensi dapat diatasi dengan terapi komplementer yaitu dapat di lakukan dengan cara farmakologi ataupun nonfarmakologi,  farmakologi dibagi menjadi dua yaitu farmakologi kimiawi dan eksra herbal, dan ekstra herbal ini sangat mudah di dapat serta mudah ditemukan dan mempunyai efek samping yang rendah. Contoh dari alternatif herbal disini adalah tanaman jahe (Zingiber officinale Rose),  tanaman herbal ini telah banyak di teliti oleh para peneliti,  karena didalam jahe terdapat senyawa seperti ginggerol, schogaol dan zingeron memberikan aktivitas farmakologuis seperti, antioksida, antiinflamasi, antikoagulan, analgesik antikasinogenik dan kaedotonik yang mana dapat mencegah terjadinya penumpukan plak yang dapat mengakibatkan sumbatan pembuluh darah itu karena jahe dapat merangsang hormone adrenalin dan memperelebar pembuluh darah, akibatnya darah mengalir lebih cepat dan lancar sehingga kerja jantung untuk memompa darah menurun dan menyebabkan tekanan darah juga ikut menurun. (Suekawa, 2010; Koswara;2011 dalam Tamrin  2017).
  Begitu juga menurut Ojulari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul  The effect to zingiber Officinale (ginger) Extra on Blood Pressure and hate rate in healty humans” mengatkan bahwa hasil penelitanya tentang jahe pada tekanan darah dan irama jantung manusia sangat berpengaruh bahwa tanaman ini sangat membatu dalam penrunan sejumlah antioksidan, gingerol, dan kalium pada jahe. Dalam 100 gr mentimun mengandung 136 mg kalium sedangkan dalam 100 gr jahe mengadung 415 mg (USDA National Nutrient Data Base). Yuliantari dkk (2014),
c.       Promosi Kesehatan
a)      Meberikan pengetahuan tentang penyakib hipertensi beserta faktor – fator yang mempenaruhinya.
b)      Jelaskan tentang penanganan dalam merawat keluaga yang hipertensi
5.      Evaluasi
a.       Formatif
-          Curah jantung
1.      Hasil yang di harapkan keriteria hasil: mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima.
2.      Memperlihatkan irama dan frequensi janung stabil dalam rentang normal pasie.
-          Intoleransi aktivitas
1.      Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat di ukur
2.      Menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi
-          Nyeri (AKUT)
1.      Melaporkan ketidak nyamanan hilang/terkontrol
2.      Mengungkapkan metode yang membrikan pengurangan
-          Nutrusi Perubahan, lebih dari kebutuhan Tubuh
1.      Mengidntifikasi hubugan antara hipertnsi dengan kegemukan
2.      Menunjukan perubhan pola makan (mis, pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), memepertanakan berta badan yang dingininkam yang dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
b.      Sumatif
-          Curah jantung
Dapt berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/bebabn kerja jantung
-          Intoleran aktivitas
Dapat berpatisipasi dalam aktivitas yang dinginka/diperlukan
-          Nyeri (akut)
Dapat mengikuti regimen famrakologi yang diresepkan
-          Nutrusi Perubahan, lebih dari kebutuhan Tubuh
Melakukan memeperthankan olahraga yang tepat secra individu.
-          Koping, individu efektif
1.      Mengidentifikasi perilaku efektfi dan konsekuensinya
2.      Menyatakan kesadaran kopinfg/kekyatan pribadi
3.      Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langkah untuk menghindari/megubah.
4.      Mendemondtrasikan penggunaan/metode koping efektif
-          Kurang pengetahuan
1.      Menyatkanan pemahaman tentang peroses penyakit dan pengobatan
2.      Mengidentifikasi efek samping obat dan kemungkinan komplikasi yang perlu diperhatikan.
3.      Mempertahankan TD dalam parameter normal.

-